JANJI TERAKHIR
![]() |
“Aku tidak tau mesti katakan apa lagi, buat beberapa kalinya anda selingkuh! Anda telah ngancurin keyakinan saya! ”
Saya tak mampu memandang matanya lagi, air mataku jatuh demikian deras menghujani wajahku. Saya tidak berdaya, demikian lemas serta Dia memelukku erat.
“Maafin saya Nilam, maafin saya! Saya janji tidak bakal nyakitin anda lagi. Saya janji Nilam. Saya sayang anda! Please, anda janganlah nangis lagi! ”
Saya tak dapat berkata apa-apa lagi terkecuali memaafkannya, saya tidak mau kehilangan Elga, saya sangatlah mencintainya.
Malam ini Elga menjemputku, kami bakal kencan serta makan malam. Saya berniat kenakan gaun biru pemberian Elga serta berdandan secantik mungkin saja. Kutemui Elga di ruangan tamu, Dia tersenyum, memandangiku dari atas sampai bawah.
“Nilam, anda cantik banget malam ini. ”
“Makasih. Kita jadi dinner kan? ”
“Ya pasti, namun Nilam, malam ini saya tidak bawa mobil serta mobil anda masih tetap di bengkel, anda tidak keberatan kita naik Taksi? ”
“Engga ko, ya telah kita panggil Taksi saja, mari. ”
Dengan penuh semangat saya menggandeng lengan Elga. Ini betul-betul mengasyikkan, disepanjang perjalanan Elga menggenggam erat tanganku, saya bertumpu dibahu Elga nikmati perjalanan kami serta melupakan seluruhnya kekeliruan yang sudah Elga perbuat padaku.
Kami berhenti disebuah Tenda di tepi jalan. Saya sedikit sangsi, apa Elga betul-betul mengajakku makan di tempat seperti ini. Saya tahu benar karakter Elga, dia mustahil ingin makan di warung kecil di tepi jalan.
“Kenapa El? Mienya tidak enak? ”
“Enggak ko, mienya enak, Hanya panas saja. Anda tidak apa-apa kan makan di tempat kaya gini Nilam? ”
“Enggak. Saya kerap ko makan di tempat kaya gini. Mie ayamnya enak loch. Anda kunyah pelan-pelan serta nikmati terasa dalam-dalam. ”
Saya meyakini, Elga tidak pernah makan di tempat kaya gini. Namun kelihatannya Elga mulai nikmati makanannya, dia bercerita panjang lebar perihal rekan-temannya, keluarganya serta beberapa hal.
Dua th. berbarengan Elga bukanlah saat yang singkat, serta tak gampang untuk menjaga jalinan kami sampai kini. Elga kerap menghianati saya, bukanlah satu atau 2 x Elga berselingkuh, namun dia terus kembali padaku. Serta saya senantiasa memaafkannya, itu yang membuatku kehilangan sahabat-sahabatku. Mereka benar, saya wanita bodoh yang ingin dipermainkan oleh Elga. Walau saat ini mereka menjauhiku, saya terus berasumsi mereka sahabatku.
Usai makan Elga Terlihat kebingungan, dia mencari-cari suatu hal dari saku celananya.
“Apa dompetku ketinggalan di Taksi? ”
“Yakin di saku tidak ada? ”
“Gak ada. Bagaimana dong? ”
“ya telah, pakai duit saya saja. Tiap-tiap jalan senantiasa anda yang traktir saya, saat ini giliran saya yang traktir anda. Ok! ”
“ok. Terima kasih ya sayang, maafin saya. ”
Waktu di universitas, saya bersua dengan Alin serta Flora. Saya sangatlah merindukan ke-2 sahabatku itu, nyaris empat bln. kami tak berbarengan, sampai sekarang ini mereka terus teman dekat terbaikku. Waktu berpapasan, Alin menarik tanganku.
“Nilam, anda sakit? Ko pucet sich? ”
Alin bicara padaku, ini seperti mimpi, Alin masih tetap perduli padaku.
“Engga, Hanya lelah saja ko Lin. Kalian apa kabarnya? ”
“Jelas lelah lah, mempunyai pacar diselingkuhin selalu! Lagian ingin saja sich dimainin sama cowok playboy kaya Elga! Jangan-jangan Elga tidak sayang sama anda? Ups, keceplosan. ”
“Stop Flo! Kasian Nilam! Anda mengapa sich Flo ulas itu mulu? Nilam kan tidak salah. ”
“Udah dech Alin, anda diem saja! Harusnya anda ngaca Nilam! Mengapa anda diselingkuhin selalu! ”
Flora bener, jangan-jangan Elga tidak sayang sama saya, Elga tidak cinta sama saya, itu yang buat Elga senantiasa menghianati saya. Sampai kini saya tidak pernah berpikir ke arah sana, mungkin saja lantaran saya terlampau menyukai Elga serta takut kehilangan Elga. Semalaman saya pikirkan hal semacam itu, saya sangsi pada perasaan Elga padaku. Bila benar Elga tak mencintaiku, saya betul-betul tak dapat memaafkannya lagi.
Walau tak ada jadwal kuliah, saya terus pergi ke universitas untuk kerjakan pekerjaan grup. Sesudah larut malam serta universitas telah nyaris sepi saya juga pulang. Waktu hingga ke tempat parkir, saya lihat Elga berbarengan seseorang wanita. Saya tak dapat lihat muka wanita itu lantaran dia membelakangiku. Mungkin saja Elga menghianatiku lagi. Kesempatan ini saya tak dapat memaafkannya. Mereka masuk ke mobil, saya dapat lihat wanitaitu, sangatlah terang, dia sahabatku, Flora….
Sungguh, saya betul-betul tak dapat memaafkan Elga. Bakal ku yakinkan, apa Elga bakal jujur padaku atau dia bakal membohongiku, ku ambillah hpku serta menghubungi Elga.
“Hallo, anda dapat jemput saya saat ini El? ”
“Maaf Nilam, saya tidak dapat jika saat ini. Saya lagi nganter kakak, anda tidak bawa mobil ya? ”
“Emang kakak anda ingin kemana El? ”
“Mau ke…, itu ingin berbelanja. Saat ini anda di mana? ”
“El! Mulai sejak kapan anda ingin nganter kakak anda berbelanja? Mulai sejak Flora jadi kakak anda? Hah?!! ”
“Nilam, anda ngomong apa sayang? Anda katakan saat ini lagi di mana? ”
“Aku simak sendiri anda pergi sama Flora El! Anda tidak usah bohongin saya! Kesempatan ini saya tidak dapat maafin anda El! Mengapa anda mesti selingkuh sama Flora El? Saya tidak suka anda! Mulai saat ini saya tidak ingin simak anda lagi! Kita Putus El! ”
“Nilam, ini gak……. ”
Kubuang hpku, kulaju mobilku dengan kecepatan paling tinggi, air mataku selalu berjatuhan, hatiku sangatlah sakit, saya mesti terima fakta bahwa Elga tak mencintaiku, dia berselingkuh dengan sahabatku.
Sekian hari sesudah peristiwa itu saya tak masuk kuliah, saya cuma dapat mengurung diri di kamar serta menangis. Mujur Ibu serta Bapak tahu perasaanku, mereka memberi semangat padaku serta mensupport saya untuk melupakan Elga, walau saya tau itu tidak gampang. Sehari-hari Elga datang ke rumah serta mohon maaf, bahkan juga Elga pernah semalaman ada di depan gerbang rumahku, namun saya tak menemuinya. Saya berjanji akan tidak memafkan Elga, serta janjiku takan kuingkari, tak seperti janji-janji Elga yg tidak bakal menghianatiku yang senantiasa dia ingkari.
Hari ini kuputuskan untuk pergi kuliah, saya mengharapkan tak bersua dengan Elga. Namun selesai kuliah, mendadak Elga ada di hadapanku.
“Maafin saya Nilam! Saya sama Flora tidak ada jalinan apa-apa. Saya Hanya nanyain perihal anda ke dia Nilam!
“Kita telah putus El! Janganlah ganggu saya lagi! Saat ini anda bebas! Anda ingin mempunyai pacar Tujuh juga bukanlah masalah saya! ”
“Tapi Nilam….. ”
Saya lari meninggalkan Elga, walau saya sangatlah mencintainya, saya mesti dapat melupakannya. Elga selalu menguberku serta mengatakan kata maaf. Namun saya tidak hiraukan dia, saya makin cepat lari serta menyebrangi jalan raya. Saat hingga di seberang jalan, terdengar nada tabrakan, dan…………
“Elgaaaa….. ”
Elga tertabrak mobil waktu menguberku, dia terpental sangatlah jauh. Mawar merah yang ia bawa berantakan bercampur dengan merahnya darah yang keluar dari kepala Elga.
“Elga, maafin saya! ”
“Nilam. Ma-af ma-af a-ku jan-ji jan-ji gak sa-ki-tin ka-mu la-gi a-ku cin-ta ka-mu a-ku ma-u ni-kah sa-ma kam……”
“Elgaaaaaa……”
Elga wafat waktu itu juga, ini seluruhnya salahku, bila saya ingin memaafkan Elga seluruhnya ini takan berlangsung. Saat ini saya mesti terima fakta ini, fakta yang sangatlah pahit yg tidak saya kehendaki, yang mustahil dapat saya lupakan. Elga hembuskan nafas terakhirnya dipelukanku, sewaktu paling akhir dia berjanji takan menyakitiku lagi, sewaktu dia menyampaikan mencintaiku serta mau menikah denganku. Dia menyampaikan seluruhnya sewaktu meregang nyawa saat menahan sakit dari benturan keras, saat darahnya mengalir demikian deras membasahi aspal jalanan.
Terasa mau sekali temani Elga di dalam tanah sana, temaninya dalam kegelapan, kesunyian, kedinginan, saya tak dapat berhenti menangis, menyesali perbuatanku, saya tak dapat memaafkan diriku sendiri.
1 minggu sesudah Elga wafat, saya masih tetap menangis, memikirkan seluruhnya masa lalu indah berbarengan Elga yg tidak bakal pernah terulang lagi. Senyuman Elga, tatapan Elga, takan pernah dapat kulupakan.
“Nilam sayang, ini ada titipan dari Ibunya Elga. Anda janganlah melamun selalu dong! Anda mesti bangkit! Agar Elga tenang di alam sana. Ibu meyakini anda dapat! ”
“Ini salah saya Bu. Saya perlu saat. ”
Kubuka bingkisan dari Ibu Elga, didalamnya ada kotak kecil berwarna merah, mawar merah yang sudah layu serta amplop berwarna merah. Di dalam kotak merah itu ada sepasang cincin. Saya juga menangis kembali serta buka amplop itu.
Dear Nilam,
Nilam sayang, maafin aku, aku janji gak akan nyakitin kamu, aku sangat mencintai kamu, semua yang udah aku lakuin itu buat ngeyakinin kalo Cuma kamu yang terbaik buat aku, Cuma kamu yang aku cinta.
Aku harap, kamu mau nemenin aku sampai aku menutup mata, sampai aku menghembuskan nafas terakhirku. Dan cincin ini akan menjadi cincin pernikahan kita.
Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin berpisah denganmu Nilam.
Love You
Elga
Air mataku mengalir semakin deras dari setiap sudutnya, kupakai cincin pemberian Elga, aku berlari menghampiri Ibu dan memeluknya.
“Bu, aku udah nikah sama Elga!”
“Nilam, kenapa sayang?”
“Ini!” Kutunjukan cincin pemberian Elga dijari manisku.
“Nilam, kamu butuh waktu nak. Kamu harus kuat!”
“Sekarang aku mau cerai sama Elga Bu!” kulepas cincin pemberian Elga dan memberikannya pada Ibu.
“Aku titip cincin pernikahanku dengan Elga Bu! Ibu harus menjaganya dengan baik!”
Ibu memeluku erat dan kami menangis bersama-sama.
Labels:
Cerpen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar