Pengalaman Jaga Shift Malam Mengawas ATM


Kebetulan yang merasakannya bukan sekedar dianya saja, namun juga rekan-temannya. Tempatnya ada di salah satu gedung bank berlokasi Jalan Trikora perempatan Jalan Malioboro. Mungkin saja orang Yogyakarta sudah mengetahui gedung mana dimaksud…

Saya rasa beberapa orang Yogya telah tidak asing lagi dengan gedung ini. Umumnya malam juga menakjubkan soalnya banyak lampu sorot yang mengarah ke gedung ini.

Kebetulan saya bekerja di gedung yang bersejarah ini. Mulai bekerjanya pas ketika bln. Agustus th. lantas. Pekerjaan saya juga sebagai pegawai baru yaitu memonitor kesibukan unit ATM. Kebetulan lantaran saya memanglah diletakkan di unit itu. Sesudah satu bulan kerja saya dikira telah cukup mumpuni untuk di taruh pada malam hari, menukar shift rekan yang pagi.

Saat itu akhir September. Baru hari itu saya ditugaskan malam. Tak tahu kenapa situasi mistisnya telah merasa menusuk belakang tengkuk. Bila sampai kini saya stand by pada pagi hari, nyatanya jauh sekali waktu kondisinya malam. Apa yang saya saksikan sepanjang jagalah pagi, nyatanya sangatlah tidak sama saat giliran masuk malam.

Nah waktu saya masuk malam, disana ada empat orang rekan lainya. Ada tiga yang seprofesi denganku juga sebagai pengawas serta satu lagi bertugas juga sebagai driver. Lantaran baru, saya diminta untuk lakukan pemantauan ATM melalui monitoring di kantor. Jadi di situ umumnya ada monitor-monitor TV yang menayangkan keadaan ATM dengan cara real-time. Nah bila berlangsung rusaknya, jadi rekan saya bakal meluncur ke TKP dengan driver maupun mungkin saja sendiri.

Jadi ceritanya, waktu itu saya baru jagalah malam. Saya masuk kerja jam delapan malam. Di situ telah ada tiga rekan yang memantau keadaan ATM di TV sembari bercakap serta bercanda. Tidak merasa saat juga telah memberikan jam sebelas malam.

Saat itu terkontrol ada rusaknya ATM di daerah Yogya selatan, seputar Jalan Bantul. Jadi rekan saya yang seniorpun bergegas pergi mengajak rekanku yang satu lagi untuk temaninya di jalan. Nah tinggal saya sama rekan satu lagi ini yg ada di ruang.

Seputar lima belas menit kepergian dua rekanku tadi, eh terpantau ada yang rusak lagi. Namun yang ini hanya ATM di lantai lantai dasar. Jadi rekanku yang satu lagi itu bergegas ke bawah untuk lakukan maintenance. Ya, pada akhirnya tinggalah saya sendiri memantau situasi. Baru dalam waktu relatif cepat rekanku berlalu, bulu kudukku berdiri tanpa ada karena.

Dalam hati saya kuatir lantaran takut hal hal yang ngga-ngga. Jadi saya juga membaca Surah Al-Fath. Posisiku waktu itu persis di depan monitor yang menayangkan situasi ATM yang di-maintenance rekan-rekan. Saat itu juga saya mendengar nada orng tidur ngorok di belakang saya.

Walau sebenarnya jelas-jelas saya tengah sendiri waktu itu…

Saya merinding hingga kaki. Kuraih remote TV. Kubesarkan volumenya agar agak samar. Saya juga sekalipun tak berani melihat ke belakang.

Sesaat nada itu hilang… Sreeng, tercium bau bunga melati serta dalam waktu relatif cepat kepalaku juga reflek melihat ke arah pintu…

Astagfirullah, ada noni Belanda komplit dengan baju korset dahulu kala warna putih serta rok yang mengembang melalui koridor pintu itu. Pelan banget… Didalam hati, saya berdoa selalu agar dapat menggerakkan tubuh ini. Seperti tersihir sayapun tak dapat apa-apa hingga noni itu berlalu dari pintu. Demikian berlalu, saya baru dapat bergerak lagi. Saya ucapin Alhamdulillah. Tak lama rekan dari bawah datang.


“Wah anda mengapa mukanya pucat? ” bertanya dia. Namun belum pernah saya menjawab, rekanku seakan telah hafal segera katakan, pasti di ajak kenalan ya. “Gak apa-apa. Seluruhnya pernah alami beberapa macam, ” kata rekanku. Besoknya saya menghadap boss untuk janganlah menyimpan saya di shift malam. Masih tetap trauma.

Hiiiii… Jika inget itu tubuh terasa tanpa ada darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar