Ungkapan Cinta Pertama dan Terakhir


Ocha itu cantik. Kata yang kurang pas untuk melukiskan bagaimanakah tuhan dapat membuat makhluk dengan fisik prima bernama Ocha. Rambut lurus hitam panjangnya berkibar waktu tertepa angin. Bukannya mengakibatkan kerusakan tatanan rambutnya namun malah bikin dia tampak menawan. Dengan bibir mungil merah merona. Kulit putih bersih. Seluruhnya alami tanpa ada make-up. Betul-betul menawan.

“hei. Cha! Ingin kemana? ” sapa Aldi rekan sekelas Ocha waktu dia saksikan Ocha yang jalan di lorong sekolah. “hei, Di. Ingin ke kantin nih nyusul kawan-kawan, tadi ada rapat Osis bentar. ” Jawab Ocha berhenti sebentar serta kembali jalan dia Hanya melambai pada Aldi serta Aldi membalasnya dengan senyuman terbaiknya.

Waktu hingga di kantin Ocha celingukan mencari Rena serta Difa. Serta pandanganya terukur pada bangku panjang dekat jendela sudut. Yang membuatnya heran tidak cuma Rena serta Difa yang ada di sana namun juga seseorang cowok, yang ehm. Ganteng. siapa? pacar baru Difa? Ganteng banget hidungnya mancung banget juga. Batin Ocha heran.

Tanpa ada pikir panjang Ocha juga segera hampiri mereka. Sesampainya di sana mereka memperkenalkan Ocha dengan Satria yang nyatanya anak baru di kelas 12 kakak kelas mereka. Setelah itu juga mereka ngorol bareng-bareng. Serta paling akhir sama-sama bertukar nomer HP. Difa seneng banget. Lantaran waktu pertama lihat Satria dia segera membulatkan tekad hampiri Satria yang waktu itu duduk sendiri. Begitu juga Ocha…

Setelah itu Satria bingung dengan keadaanya sendiri. Ocha serta Difa keduanya sama-sama akrab denganya kerap jalan-jalan bareng juga. Bila diminta milih dia lebih sukai Ocha yang supel serta menurut dia baik. Namun Difa terlampau cerewet buatnya. Waktu sama Difa dia semakin banyak diam serta dengarkan, lantaran nyaris tidak pernah bicara. Serta pada akhirnya jemu. Bukanlah lantaran Ocha tambah lebih cantik looh.. bukanlah masalah fisik namun siapa yang dapat membuatnya terasa nyaman.

Seperti sekarang ini Difa serta Satria tengah makan bareng di suatu resto pinggiran kota. Tanpa ada mereka sadari Ocha tengah ada di seberang jalan serta lihat mereka. Tak tahu apa yang dirasa Ocha dia terasa jadi penghianat lantaran menyukai orang yang sama juga dengan sahabatnya sendiri. Dia segera naik mobil ayahnya serta meninggalkan panorama itu dengan air mata tertahan di pelupuk mata..

Kemudian Ocha lewat hari dengan selalu menghindar dari Satria dia tidak pernah ingin lagi terlampau dekat dengan satria. Waktu situasi Ocha serta satria lebih buruk Difa semakin gencar mendekati Satria. Walau kerapkali satria tidak menghiraukanya namun dia selalu mendekati Satria.

Siang itu Ocha barusan keluar dari gerbang sekolah. Situasi telah sepi lantaran tadi dia turut rapat osis sebentar. Serta dia lihat Satria serta Difa yang tengah ada di seberang jalan kelihatannya mereka tengah bicara serius. Paling akhir Difa memeluk Satria serta tersenyum suka. Lantaran kaget serta tidak tahu apa yang perlu dia kerjakan ocha segera jalan menjauh waktu dilihatnya mobil pak Ri supirnya di ujung jalan dia segera menyebrang tanpa ada lihat ke kiri kanan. Akhirnya… “AAaaaaaa” cuma terdengar teriakan Ocha keras.

Difa menangis Satria menunduk dalam-dalam keduanya tengah duduk di samping Ocha yang terbaring lemah dengan beragam selang yang menolong memperjuangkan hidupnya. Mendadak tangan Ocha sedikit bergerak. Satria yang tahu segera memandang Ocha serta memanggilnya pelan. Serta perlahan-lahan Ocha juga mulai buka mata. “Difa.. Satria.. mengapa sedih? Difa tidak usah nangis, saya baik-baik saja. Saya bakalan damai di sana” kata Ocha pelan serta tertatih.
“Dif.. saya titip Satria, saya tahu anda sayang banget sama dia. Sat. satu hal yang saya mau katakan untuk kamu, Saya sayang sama anda, cinta. Saya Hanya mau mengatakanya supaya tidak ada lagi beban yang menghalangiku untuk pergi. Saya seneng bila kalian dapat menyatu. Saya akan tersenyum di sana. ”
Difa yang mendengar kata kata Ocha makin menangis. Dia tidak tahu apa tujuannya. “Gak Cha. Anda pasti bakalan baik-baik saja satria untuk kamu. Satria sayang sama anda bukanlah saya. Maafin saya. Please berjuanglah buat sembuh. ” Waktu mendengar kalimat Difa Ocha tersenyum. Serta lihat Satria dalam-dalam. “I love you ocha, love you so much” kata Satria pelan serta mencium tangan Ocha. Ocha cuma tersenyum. Serta berkata. “simpan cintamu buat Difa.. ” lantas memejamkan mata pelan serta tidak bakal pernah terbuka lagi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar